Kamis, 31 Desember 2015

Terima Kasih

(int.)
This belongs to someone who came suddenly in the end of that year (2015, red). I know you when I was first class of senior high school. I read about you in newspaper. At the time I read carefully, because I didn’t know if Indonesia has someone like you, I mean a racing driver (Is that right ? :D)

Minggu, 27 Desember 2015

Yang Penting Niatnya Dulu

Tergantung Niat (int.)

Ngejengukin teman yang lagi sakit itu udah jadi keharusan kita sebagai “teman baik”. Akrab nggak akrab sebaiknya ditengokin, soalnya yang namanya sakit itu suer nggak enak banget. Apalagi kalau sudah terbaring lemah tak berkutik di Rumah Sakit (RS). Mungkin kamu juga pernah rasaian hal yang sama. Nggak bisa ngapa-ngapaian, mau ini dan itu serba nggak enak. Ya iyalah, namanya juga sakit, apapun nggak enak. Kecuali mikirin dia. Hohohoho… becanda kok.

Jumat, 18 Desember 2015

Seseorang di Balik Jendela

Jendela Tetangga 

Rumah ini milik seseorang di blok sebelah. Jaraknya cukup dekat dari kostku, bisa dibilang penghuninya adalah tetanggaku. Namun, rumah ini menyimpan tanya buatku. Bukan soal bentuk bangunan atau penghuninya. Hanya saja, jendela itu seperti sosok yang mengintai. Bukan curiga, hanya firasatku mengatakan demikian. Entah ada seseorang di baliknya, atau perasaanku saja.

Kamis, 17 Desember 2015

December Rain and Their Crazy Love

December rain and the crazy love (int.)


Hujan masih saja setia dengan Desember. Air bergelimpah dimana-mana. Bahkan di pipi mereka yang tengah dipusingkan dengan urusan cinta. Entah bagaimana, di penghujung tahun 2015 ini cinta menjadi  hal yang paling complicated. Ini bukan saja terkait dengan diriku. Saya sudah merelakan segalanya. Membiarkan apa yang dulu benar-benar pergi. Namun kali ini, complicatednya cinta hadir dari orang-orang di sekitarku.

Senin, 02 November 2015

Back to Home (AIBS 11)




Fostud (Fragma)
 
“Sejauh apapun kita pergi selalu ada rindu yang mempertemukan”

Saya tidak pernah menyangka akan kembali mengenal mereka setelah berpisah sekian tahun tanpa komunikasi. Tapi karena tekat ingin bertemu, akhirnya rindu membuncah itu lepaslah sudah. Hampir setiap kami punya waktu luang, bawaannya hanya ingin ngumpul. Maklumlah berteman sejak masih zaman natural itu rasanya beda. Apalagi kami bertemu di pondok hijau, saat usia masih belasan tahun. Saat kami belum bisa memadupadankan warna pakaian.

Jumat, 09 Oktober 2015

September di Pulau Gusung Toraja

Petualang Sulbar  (Emil) di Pantai Gusung Torja


Saya sudah tahu, seperti apa rasanya menikmati malam di pulau tak berpenghuni. Menikmati cahaya bulan sembari memandang lautan lepas. Bintang-bintang kemerlip terpampang lekat di langit tinggi. Tidak ada ada suara ombak, hanya dingin yang menelisik hingga rongga hidung pun tersumbat. Gusung Toraja, menjadi lokasi trip akbar Komunitas Penggiat Budaya dan Wisata Mandar selepas lebaran Idul Adha ini (25-26/09).

Kamis, 17 September 2015

Ghost Hunt

 
SPR and Friends (int.)
Sebelumnya saya hanya menonton anime sesempatnya. Cuman Karena rindu, saya kembali mengisi waktu luang dengan sedikit menonton beberapa anime. Namun anime kali ini membuat saya tertarik. Dari judulnya pasti semacam pembasmi hantu. Di episode pertama, lalu ke episode ke dua, saya serasa pernah melihat adengan seperti itu sebelumnya. Ternyata saya perhatikan hingga akhir, beberapa cerita sedikit sama dengan novel yang selang dua hari saya baca. Ya, Co & Lockwood,  novel karangan Jonathan Stroud. 

Senin, 24 Agustus 2015

Karena cinta itu kamu


int.

Bagaimanapun, cinta berhak hadir di setiap hati.
Betapapun, cinta tidak pernah salah dalam memilih.
Apapun, cinta tidak akan pernah memiliki alasan.

Khawatir

Jalan-jalan ke taman Bogor, 2014 (foto : AB Sofyan)

Mungkin khawatirku tidak akan pernah menemui batas. Karena ia lahir dari ketulusan. Namun kata mungkin, bukan berarti ada kemungkinan khawatirku sesat tanpa arah.

Kusebut kamu yang tak pernah luput dari perhatianku. Entah memakan waktu berapa lama untuk mengurangi khawatir yang berlebih ini. Bahkan ketika kuputuskan untuk benar-benar meninggalkanmu, khawatir itu terus menguntitku, dimanapun. Ini bukan karena perasaan, tapi ini karena sesuatu yang tak terdefenisi. 

Minggu, 23 Agustus 2015

Weekend bersama F4 Gadungan



Duduk istirahat and Pose
Hari Minggu. Sedikit melepas penat dari rutinitas kamar yang membosankan. Seorang teman lama, kuajak untuk menghabiskan setengah harinya di Losari bersamaku. Tak ingin melewatkan hari dengan kesunyian, beberapa teman lain juga ikut bersama. Jadi ada saya, Khalid, Awal, Abrar, dan Gafur. Sebenarnya ada satu perempuan lagi yang tadinyan rencana bergabung, namun sayang kami tak tahu kabarnya hingga matahari sejajar di atas kami. Tersadar, Minggu kali ini aku bersama mereka, mereka yang kusebut F4 Gadungan, versiku.

Tak ubah seperti biasanya, pantai Losari yang menjadi salah icon Kota Makassar dipadati ribuan (menurutku) pengunjung. Tua, muda, kakek, nenek, hingga bayi-bayi yang belum genap berusia sebulan juga turut meriuhkan pantai yang terkenal dengan mesjid terapungya ini. Kupikir pantai ini menjadi pemersatu dari sekian jenis penduduk di Makassar. Di sana, ada banyak hal yang bisa kau dapati. Berbagai jenis jajanan, pakaian, mainan, bahkan komunitas berkumpul untuk mengukir sebuah cerita di hari Minggu di pantai Losari. Termasuk aku dan F4 Gadungan.

Who Are You ??


int.

Liburan lebaran telah usai. Saatnya kembali ke aktivitas biasanya. Pasca kecelakaan itu, saya mulai membatasi diri. Bukan dalam hal pergaulan, tapi  membatasi aktivitas yang sangat mengundang lelah. Mendaki gunung misalnya. Sayang, beberapa agenda yang telah terencana harus berakhir pada kata cancel. Sedih itu pasti. Namun, untuk kesembuhan, hal-hal pahit pun harus terbiasakan.

***
                                                                        
Hampir saja keberangkatanku ke kota daeng tertunda. Bagaimana tidak, mobil sewaan yang kutunggu hingga pukul 03.00 Wita ternyata nggak jadi berangkat. Padahal ada urusan kampus yang harus diselesaikan. Termasuk surat keterangan kuliah yang bikin kepalaku jadi mumet nggak karuan. Akhirnya, Ummi (Ibuku) berinisiatif menelpon mobil sewaan lain yang berangkat di bawah jam itu. Syukurnya, masih ada satu kursi yang masih kosong. Meski dengan kaki belum pulih benar, berharap segala urusan bisa selesai sebelum waktunya.