Sabtu, 10 Maret 2018

Pesona Gemuruh Air Terjun Tamasapi


Air terjun Tamasapi (Pict. Kak Ansari)
"Husssss...bising gemuruh air sangat terasa dari tempatku berpijak. Saya memilih tempat yang cukup dekat sampai mataku pun tak bisa kubuka karena terpaan air yang jatuh begitu deras"

Sebut saja saya menyusup di antara mereka. Sekedar ikutan karena nggak punya teman jalan di Mamuju. Mereka (Kakak-kakak Mamuju Mengajar, red) akhirnya menjadi teman saya. Banyak  terima kasih untuk mereka, karena telah menyelipkan saya di agenda reunian ini, yang harusnya menjadi agenda privasi kalian. Hehehhe.

Pasang gaya dulu sebelum berangkat
Setelah menyiapkan segalanya, mulai dari nunggu kakak-kakak yang lain sampai mempersiapkan bekal agar kami tetap hidup. Yupz, kali ini ada menu ayam palekko ala Chef Kia dan Chef Darna. Mereka adalah dua perempuan hebat asal Mamuju sana dan cukup terbilang aktif dalam kegiatan relawan pendidikan. Pokoknya "aku padamu" deh both of you guys. Kami berangkat sekitar pukul 14.10 Wita dengan menggunakan sepeda motor. Awalnya saya masih malu gabung sama mereka, tapi karena ada Mas Bro yang udah saya anggap adek sendiri, jadilah all be fine.

Perjalanan menuju air terjun Tamasapi hanya memakan waktu 30 menit saja. Lokasinya berjarak 70 kilometer dari Ibu Kota. Seperti biasa, yang namanya air terjun, sangat jarang berlokasi di pinggiran jalan. Selalu ada adegan tracking dengan jalan yang sedikit berkerikil. Untuk pemburuan kali ini, jika saya bandingkan dengan perjalanan-perjalanan yang pernah saya alami, jalannya ya' lumayan. Lebih sulit jalan waktu saya menyusuri air terjun "Sarambu Tande" di Uru, Enrekang sana. It was my unforgettable moment.

Sebenarnya masuk ke air terjun Tamasapi bisa menggunakan motor kok. Cuman kalau motornya termasuk motor trail, ya' itu bisa. Tapi kalau mau pakai motor metik atau motor gedde yang lebih enak di jalan mulusan. Saya sarankan, motornya di simpan di bahu jalan depan aja. Kecuali kalau situ kuat bawanya. Sok atuh dicoba, tapi tanggung sendiri akibatnya.

Kami pun awalnya nekat membawa sepeda motor sampai bertemu air terjun. Tapi belum sampai seperempat jalan, beberapa teman sudah mulai kewalahan mengendalikan motornya, kecuali si Bapak Polisi dan Kak Ansari(Tim saya di KI Mateng). Saya saja sempat dipaksa naik di bocengan sama Mas Bro. Ya okelah saya iyakan, tapi yang ada malah semakin ribet. Beban bawaan nih bocah semakin banyak. Belum mengendalikan motor metik yang aslinya punya orang, terus ada termos gedde juga yang kami angkut di motor. Akhirnya saya memutuskan turun dan berjalan kaki dengan perempuan-perempuan lainnya sambil menenteng bawaan yang nyangkut di motor kami.

Untuk tracking ke area air terjun hanya 1 kilo lebih saja. Tapi lelahnya nggak akan  terasa karena di sepanjang jalan ada banyak pohon dan ada sungai juga yang menghiasi pemandangan di sisi kiri jalan. Belum lagi kalau jalannya sambil cerita, sudahlah lelahnya semakin tidak terasa. Tau-tau udah sampai saja di air terjunnya. Tapi nyatanya saya agak telat jalannya. Sampai-sampai Kak Ansari dua kali bolak-balik nyariin kami. Lantaran, si photographer ini mau ngambil foto dulu katanya jadi pas ketemu spot foto ait terjun mini, jadilah saya diminta tuk fotoin nih anak. Anggap saja ini risiko jalan sama photographer, dikit-dikit foto, dikit-dikit minta difoto. Padahal saya juga gitu sih, teman-teman kadang nunggu lama lantaran saya ngambil foto dulu. Makluminlah, kita ini.

Dan akhirnya setelah sekian lama berjalan, air terjunnya nampak sudah. Kakak-kakak yang lain sudah mengambil posisi berkerumun di satu batu besar. Lah saya masih berpikir mau mendekat atau tidak. Soalnya waktu itu baju saya pakai agak tipisan jadi khawatir kena air. Berhubung saya kebelet main air walau baju tipis dan dipesanin sama orang rumah untuk tidak mandi, jaket yang saya pakai dikorbanin juga. Ya udah basah aja sekalian, sekali ini juga.

Ukhti in a frame

Saya memilih batu kecil dibelakang mereka. Dimana posisi batu itu lumayan dekat dengan air terjunnya. Sumpah, cipratan air yang disertai gemuruh dan angin kencang melibas diriku. andai saja saya tidak berpegangan, sudahlah saya bisa terbang kebawa angin. Memang sih, Cuaca lagi tidak bersahabat. Sebelumnya Mamuju diguyur hujan lebat, jadilah wajar saja debit air terjunnya semakin besar.

Foto dulu biar kenyang :D

Ini gaya kami
See you nex time guys
 Air terjun Tamasapi recommended banget buat kamu penikmat wisata alam. Jalan ke lokasi cukup bersahabat. Terletak di Dusun Tamasapi, Kelurahan Mamunyu, Kecamatan Mamuju. Dengan ketinggian air tejun sekitar 57 meter. Di sana ada dua buah gazebo besar yang terbuat dari batu semen dan ada toilet juga. Sayangnya, fasilitas tersebut sama sekali tidak terurus. Dari apa yang saya lihat, bangunan tersebut masih tergolong baru. Hanya saja minim perawatan. Kalau dari awal nggak niat dijaga, sekalian dibiarin natural aja air terjunnya. hehe, saran aja ini. Over all, saya senang. Baru kali ini bisa mencicipi air tejun di Mamuju. Big thanks to my travelmate and all crew of Mamuju Mengajar.

2 komentar :

  1. Mantap mbak bro..sukses terus untuk kedepannya dan dilancarkan segala urusannya .. amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima Kasih Mas Bro. Sukses Dan sehat selaluki' juga 😆🙏

      Hapus