Senin, 11 Desember 2017

Berburu Rezeki di Sabtu Minggu

Bopan House
       Di zaman yang serba digital ini, orang-orang tentu menginginkan hal yang instan termasuk soal kebutuhan perut. Sejak marakanya jasa antar makanan dan minuman di kota-kota, pola konsumen pun juga berubah. Banyak yang memilih makanan dan minuman siap antar dari pada berkunjung ke gerainya. Oleh sebabnya, saya dituntut bekerja semaksimal dan sekreatif mungkin di dunia pa’baluang ini.

       Hampir sebulan, setelah tugas mengajar saya tuntas di salah satu MTS di Polewali Mandar, akhirnya saya berkecimpung di dunia pa’baluang alias perdagangan. Eit, bukan perdagangan manusia loh, tapi semacam jual minuman dan snack di pinggiran pantai. Karena aktivitas ngajar di kursusan tidak terlalu padat, saya memutuskan untuk mengelola kafe pantai milik keluarga kami. Sebelumnya kafe tersebut dikelola sama salah satu adik saya, tapi berhubung dianya lagi ada agenda perjalanan yang memakan waktu cukup lama, jadinya sementara pengelolaan saya ambil alih.

Nyantai di Bopan House (Pict.Putra)
       Menjadi pa’balu (penjual) bukanlah pekerjaan yang mudah. Meski kau hanya duduk menunggu pelanggan, tapi ada kecemasan berlebih jika barang daganganmu tidak terjajakan. Ini bukan soal untung rugi, tapi penghidupan keluarga. Bayangkan saja jika itu adalah satu-satunya caramu tuk menghidupi keluarga. Bukankah itu sangat mengkhawatirkan ? Rezki memang sudah ada yang atur. Tapi ia tak datang dengan sekonyong-konyongnya. Selalu ada usaha berlebih dibaliknya. Populernya orang menyebutnya hasil tidak akan pernah menghianati usaha.

Blue Ocean (Pict. Putra)
       Untuk mencapai sesuatu, terkadang kita harus mengorbankan sesuatu yang lain. Nah, berhubung lokasi Bopan House terletak di pinggir pantai, saya harus merelakan kulit ini berubah menjadi lebih gelap. Setiap hari Sabtu dan Minggu saya akan nangkring di Bopan Haouse hingga matahari tenggelam. Ini merupakan konsekuensi yang harus saya terima. Dan ini belum seberapa, jika dibandingkan dengan orang-orang yang menggantungkan kehidupannya pada lautan (Nelayan). Terlebih Bopan house hanya buka di hari Sabtu dan Minggu. Almsot every day, mereka harus mencari ikan, entah itu pagi atau siang bolong sekalipun. Beruntung jika mendapatkan tangkapan yang banyak, tapi kalau tidak, pasti sangat menyedihkan. Bagi mereka yang terpenting adalah penghidupan keluarga. Karena penghidupan keluarga adalah segalanya. Tetap bersyukur, InsyaAllah semuanya kaan baik-baik saja. 


*Mampir ke Bopan House yah. Open only on Saturday and Sunday ^_^
  Sangkyu...


0 komentar :

Posting Komentar