Sabtu, 16 April 2016

Rencanamu dan Rencana Tuhan


Siapapun tak pernah tahu rencana Tuhan
Terjebak dalam dimensi lain juga merupakan rencana-Nya
Bahkan ketika kau merasa diambang keputusasaan, juga ada dalam lingkaran rencana-Nya.
Dan yang kau perbuat hanya meminta agar tetap baik-baik saja.

Tentang siapa kita dan bagaimana kita pun tak ada yang benar tahu.
Kebenaran yang terpahamkan hingga saat ini hanya kau terus meminta tanpa henti.
Dan nyatanya kau pun tak pernah mendo’akan do’amu dalam pelbagai usaha.
Bukankah dirimu terlalu naïf untuk meminta ?

Jika permintaanmu adalah sebuah kesungguhan, maka jangan ragu untuk mendoakan.

Uru, 25 Maret 2016




Pada Langit Yang Kupandangi


Udara yang kuhirup pagi ini tak sama seperti biasanya. Ini karena pagiku dan hariku dimulai di tempat berbeda. Tempat dimana hanya ada kamu dan pepohonan. Tempat dimana langit begitu dekat tuk dipandangi. Tempat itu kau sebut gunung. Iya, karena sesuatu hal saya pun harus berbetah diri dengan keadaan serba hijau ini.

Udara segar yang dulu jarang kutemukan di Ibu kota sana, kini menjadi mudah. Saya tak perlu lagi menunggu semua terlelap dalam tidur untuk mendapatkannya. Saya tak perlu lagi berlari keliling kompleks untuk mencucurkan keringat. Di tempat ini yang kita sebut gunung, memudahakan saya mendapatkannya. Mendapatkan udara segar dan cucur keringat yang kutunggu di hari Sabtu dan Minggu.

Namun bukan itu yang akan kuceritakan di dataran tinggi ini. Melainkan tentang rindu yang terselip di balik gunung. Dari jarak berkilo-kilo, ada rinduku yang tumbuh tanpa henti. Dari balik gunung yang menghalang ini, ada aku dan rinduku yang tetap bertahan. Meski pada akhirnya saya benar-benar tahu bahwa rindumu tak tertuju untukku.

Namun, pada langit yang kupandangi pag ini dan setiap harinya, tak bosan ada harap kutitip tuk berjumpa dengannya. Pada langit yang tetap cerah meski ku muram, mungkin jarakku dan jarakmu sangat teramat jauh. Tapi setidaknya, memandangmu memberiku barisan-barisan harapan di tengah gunung ini. Harapan bahwa dia pun juga tengah memandang langit yang sama. Lalu ia tersenyum padamu, seolah itu ditujukan untukku. Pada langit yang tengah kupandangi, terima kasih karena tetap menjadi langit. Setidaknya dari jarak sana, di tempat kau melihatku dan melihatnya, dirimu menjadi penghubung rindu yang tak saling bertatap ini.

Ledan, Selasa, 1 Maret 2016